Senin, 27 Juni 2011

Seminar Pendidikan


MENGGUNAKAN PENDEKATAN LINGKUNGAN DALAM
PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DI SEKOLAH DASAR


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu bidang studi dalam pembelajaran berisikan tentang peristiwa atau gejala – gejala alam, proses idetifikasi, dan rumusan masalah dari hasil pengamatan terhadap gejala alam serta sebagai cara untuk mencari jawaban dan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi. Dengan demikian, siswa dapat menerima suatu fakta dari gejala alam tersebut. dengan kata lain dengan pembelajaran IPA siswa dapat mengenal alam sekitar dan dapat bersikap ilmiah terhadap alam sekitar serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
Kita katahui saat ini banyak Guru IPA yang masih menekankan pada konsep – konsep yang terdapat dalam buku tanpa memperdulikan kesesuaian dengan lingkungan belajar siswa dan juga masih banyak guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran IPA, Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan. Maka pengajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan kepada siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA sangat memerlukan adanya pemanfaatan alam sekitar di lingkungan sekolah sebagai sumber belaja. Dalam hal ini merupakan dasar menanamkan rasa cinta terhadap alam sekitar. Keterlibatan siswa secara langsung dengan alam pada saat proses belajar mengejar akan memberikan pengalaman dan hasil belajar yang lebih optimal. Karena pembelajaran IPA dengan memanfaatkan alam sekitar sangat penting dalam menunjang proses perkembangan anak didik secara utuh karena dapat melibatkan segenap aspek psikologis anak yang meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik anak. Melalui pembelajaran ini anak didik tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga dapat memperoleh kemampuan untuk menggali sendiri pengetahuan itu dari alam sekitarnya atau lingkungannya.
Dalam pembelajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Dalam upaya mencapai tujaun pembelajaran, guru juga dituntut untuk menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat kontekstual dan memberikan kegiatan yang bervariasi, sehingga dapat melayani perbedaan individu siswa, mengaktifkan siswa dan guru mendorong berkembangnya kemampuan baru, menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, responsif, serta rumah dan lingkungan masyarakat. Pada akhirnya siswa memiliki motivais tinggi untuk belajar. Salah satu cara yaitu melalui pembelajaran yang dilaksanakan di luar kelas agar terjadi interaksi secara langsung antara siswa dengan lingkungannya.
Menurut Toharudin (2005) memanfaatkan lingkungan untuk memperoleh pengalaman belajar yakni dengan cara memberikan penugasan siswa untuk belajar di luar kelas. Jadi lingkungan sebagai salah satu kajian dalam IPA dapat dimanfaatkan dalam mempelajari konsep Ilmu Pengetahuan Alam.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pendekatan lingkungan dapat meningkatkan produk, proses, keterampilan dan meningkatkan kinerja para siswa SD dalam pembelajaran IPA, Proses pembelajaran dengan konteks lingkungan akan berjalan efektif apabila ada kerjasama dalam kelompok.

B.       Masalah dan Submasalah
Melalui uraian penjelasan diatas, maka yang menjadi masalah dalam penulisan makalah ini adalah “Bagaimanakah bentuk pemberian pendekatan lingkungan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar ?” Agar pembahasannya dapat diperjelaskan secara terperinci, penulis membaginya dalam beberapa submasalah yang dijabarkan sebagai berikut :
1.         Mengapa lingkungan itu penting dalam pembelajaran ILmu Pengetahuan Alam ?
2.         Apakah tujuan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan alam ?
3.         Prinsip – prinsip apa sajakan yang terdapat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ?
4.         Apa sajakah yang merupakan kelebihan dan kelemahan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ?
5.         Apa sajakah manfaat pendekatan lingkungan terhadap proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan alam ?
6.         Bagaimanakah cara pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan pendekatan lingkungan ?

C.       Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah dan submasalah diatas, maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan informasi dan kejelasan tentang menggunakan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Dari tujuan umum itu dijabarkan lagi menjadi beberapa tujuan khusus yang dijabarkan sebagai berikut :
1.      Untuk mendapatkan informasi tentang lingkungan itu penting dalam pembelajaran ILmu Pengetahuan Alam.
2.      Untuk mendapatkan informasi tentang tujuan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan alam.
3.      Untuk mendapatkan informasi tentang  prinsip – prinsip yang terdapat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
4.      Untuk mendapatkan informasi tentang kelebihan dan kelemahan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
5.      Untuk mendapatkan informasi tentang manfaat pendekatan lingkungan terhadap proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan alam.
6.      Untuk mendapatkan informasi tentang cara pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan pendekatan lingkungan.

D.      Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan memiliki beberapa manfaat bagi saya sendiri sebagai penulis maupun dari pihak yang lain sebagai pembaca. Adapun manfaat makalah ini antara lain sebagai berikut :
1.         Sebagai salah satu bahan masukan untuk memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar Ilmu Pengetahuan Alam.
2.         Diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa dalam memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar.
3.         Sebagai bahan kajian dalam membantu untuk memecahkan masalah – masalah yang dihadapi anak SD dalam pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
4.         Dengan adanya pendekatan lingkungan anak bisa memahami betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
BAB II
MENGGUNAKAN PENDEKATAN LINGKUNGAN DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DI SEKOLAH DASAR
A.      Pendekatan Lingkungan
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan faedah lingkungan. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada hubungannya antara peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang diberikan harus memberi jalan keluar bagi peserta didik dalam menanggapi lingkungannya. Pemilihan tema sebaiknya ditentukan oleh kebutuhan lingkungan peserta didik. Misalnya di lingkungan petani, tema yang berkaitan dengan pertanian akan memberikan makna yang lebih mendalam bagi para peserta didik. Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada di lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.

1.        Pengertian Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan bermanfaat bagi lingkungannya. Pengertian pendekatan lingkungan menurut para ahli adalah sebagai berikut :
a.          Pendekatan lingkungan menurut Sertain (Dalyono, 1997), lingkungan dapat dibedakan atas lingkungan alami (luar), lingkungan dalam dan lingkungan sosial atau masyarakat. Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak pertama kali akan belajar dan memahami sesuatu dari lingkungannya. Begitu pula halnya dalam belajar dan memahami konsep dan prinsip dalam IPA diperlukan suatu pendekatan yang mampu mewujudkan hal-hal yang diinginkan, yakni salah satunya dengan pendekatan lingkungan. Pendekatan lingkungan berarti mengajak siswa belajar langsung di lapangan tentang topik-topik pembelajaran.
b.         Pendekatan lingkungan menurut Yulianto (2002), merupakan suatu interaksi yang berpangkal kepada hubungan antara perkembangan fisik dengan lingkungan sekitarnya. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar berarti siswa menampilkan contoh-contoh penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitarnya.
c.          Pendekatan lingkungan menurut Yulianto (2002) pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar dimana lingkungan digunakan sebagai sumber belajar.
d.         Karli dan Margaretha (2002) menjelaskan bahwa pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan, dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan.

2.        Tujuan Pendekatan  Lingkungan
Dalam proses belajar mengajar, terkadang guru menampilkan sosok tiruan dari benda sebenarnya yang dijadikan sebagai objek pelajaran, akan tetapi akan lebih mengena bila si murid kita ajak langsung terjun kealam (lingkungan) agar dalam penganalisisan data lebih mengena karena langsung pada objek sesungguhnya yang real dan konkrit.
Adapun tujuan pendekatan lingkungan sebagai sumber belajar adalah sebagai berikut:
1.         Supaya kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.
2.         Supaya hakikat Belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan pada keadaan yang sebenarnya.
3.         Supaya bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya dan lebih actual sehingga kebenarannya lebih akurat.
4.         Supaya kegiatan belajar siswa lebih konprehenshif dan lebih aktif sebab dapat diakukan dengan berbagai cara seperti wawancara, mengamati dan lain-lain.
5.         Supaya sumber belajar menjadi lebih kaya disebabkan lingkungan yang dipelajari beraneka ragam.
6.         Supaya siswa dapat memahami dan menghayati aspek yang ada di lingkungannya.

3.        Manfaat Pendekatan Lingkungan
Sebagai guru,  kita dapat memilih berbagai benda yang  terdapat di lingkungan  untuk kita jadikan media dan sumber belajar bagi siswa di sekolah. Bentuk dan jenis lingkungan ini bermacam - macam, misalnya :  sawah, hutan, pabrik, lahan pertanian, gunung, danau, peninggalan sejarah, musium,  dan sebagainya.   Media di  lingkungan juga bisa berupa benda-benda sederhana yang dapat dibawa ke ruang kelas, misalnya : batuan, tumbuh-tumbuhan, binatang, peralatan rumah tangga, hasil kerajinan , dan masih banyak lagi contoh yang lain. Semua benda itu dapat kita kumpulkan dari sekitar kita dan dapat kita pergunakan sebagai media pembelajaran di kelas.  Benda-benda tersebut dapat kita perloeh dengan mudah di lingkungan kita sehari-hari.  Jika mungkin, guru dapat menugaskan para siswa  untuk mengumpulkan benda-benda tertentu sebagai sumber belajar untuk topik tertentu.   Benda-benda tersebut juga dapat kita simpan   untuk  dapat  kita pergunakan  sewaktu-waktu diperlukan.
Manfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak keuntungan.   Beberapa beberapa keuntungan tersebut  antara lain :
1.         Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan.
2.         Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti  listrik
3.         Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik.
4.         Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik  dan kebutuhan siswa.  Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning).
5.         Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung,  karena siswa   akan sering menemui  benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari.
6.         Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa.  Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.
7.         Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas (didesain).

8.        Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Lingkungan
LB. Sharp berpendapat bahwa tidak akan pernah ada suatu sekolah yang terlalu sempit, miskin, kekurangan alat – alat atau bahan untuk bisa memulai sesuatu kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran, dan eksplorasi dapat dilakukan di luar gedung sekolah. Dan tidak satu sekolah yang terlalu lengkap dan sangat maju didalam hal proses belajar mengajar tanpa ditujukan dengan di eksplorasi ke lingkungan alam sekitar. Pendapat Sharp tersebut, dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi kita, bahwa untuk bisa berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif, tidak selalu harus ditunjang oleh tersedianya fasilitas yang lengkap, atau ketiadaan fasilitas belajar di dalam kelas, tidak bisa dijadikan toak ukur untuk tidak terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang optimal.
Namun sayang walaupun harapan yang diinginkan demikian (seperti yang tertulis di tujuan di atas), akan tetapi dalam penerapan penggunaan Lingkungan sebagai sumber belajar juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya:
1.         Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan ketika siswa diajak ke tempat tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang di harapkan sehingga terkesan main-main.
2.         Ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memperlukan waktu yag lebih lama, sehingga menghabiskan waktu untuk belajar di kelas.
3.         sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas.
Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas bagi anak. Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Dalam penggunaan pendekatan lingkungan terdapat beberapa kelebihan diantaranya adalah :
1.         Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningfull learning) sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar sebagai salah satu prinsip pendidikan anak.
2.         Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
3.         Penggunaan lingkungan dapat menarik bagi anak, kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di masa mendatang.

B.       Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar

IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.        Perkembangan Pendidikan IPA
Pemberian pendidikan IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa paham dan menguasai konsep alam. Pembelajaran ini juga bertujuan agar siswa dapat menggunakan metode ilmiah untuk menyelesaikan persoalan alam tersebut.
Pendidikan IPA atau IPA itu sendiri memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas yang mepunyai pemikiran kritis dan ilmiah dalam menanggapi isu di masyarakat. Perkembangan IPA ini dapat menyesuaikan dengan era teknologi informasi yang saat ini tengah hangat di bicarakan dalam dunia pendidikan.
Menyadari hal ini maka pendidikan IPA perlu mendapat perhatian, sehingga dapat dilakukan suatu usaha yang di sebut modernisasi. Modernisasi sendiri merupakan proses pergeseran sikap, cara berpikir dan bertindak sesuai dengan tuntunan zaman. Modernisasi yang dilakukan di Indonesia terkait dengan adanya perubahan kurikulum yang dominant terlihat pada kurikulum 1975, kurikulum ini berpengaruh pada kurikulum 1984 dan 1994. selanjutnya berubah menjadi Kurikulum 2004 yang biasa dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai akhirnya sekarang telah disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum sendiri memiliki pengertian sebagaimana dalam UU SPN No 20 Tahun 2003 pada bab I pasal I (Muhammad. Joko,2007:82) yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum dimulai sejak adanya kurikulum 1975 yang berpengaruh pada kurikulum 1984 dan 1994.
a.           Kurikulum 1975
Pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak proklamasi kemerdekaan atau tepatnya tanggal 17 agusyus 1945. sejak saat itu telah terjadi beberapa kali pembaharuan kurikulum mulai dari yingkat sekolah dasar hingga menengah. Pembaharuan kurikulm tersebut dilakukan untuk membuat pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik, menurut Jasin (1987), sudah dilakukan lima kali pembaharuan kurikulum. Pembaharuan tersebut adalah:
·             Pembaharuan pertamakali dilakukan pada tahun 1947. Pembaharuan tersebut dilakukan untuk mengganti seluruh sistem pendidikan kolonial Belanda yang sebelumnya telah dicanangkan di Indonesia. Pembaharuan ini sangat didukung dengan masih adanya semangat revolusi nasional dan semangat proklamasi kemerdekaan yang masih menyala-nyala. Pembaharuan yang pertama atau disebut dengan rencanapelajaran 1947 ini menekankan pada pembentukan karakter manusia.
·             Pembaharuan yang kedua terjadi dengan keluarnya rencana pendidikan 1964. Pembaharuan kurikulum ini didasarkan pada usaha untuk mengejar ketertinggalan pendidikan di Indonesia di bidang ilmu alam (science) dan matematika.
·             Pembaharuan yang ketiga terjadi karena dikeluarkannya kurikulum 1968. Pembaharuan ini terjadi bersamaan dengan beralihnya sistem pemerintahan dari orde lama ke orde baru. Keadaan tersebut menuntut adanya pembaharuan dalam segala aspek kehidupan yang salah satunya adalah pendidikan.
·             Pembaharuan yang keempat terjadi seiring dengan diterbitkannya kurikulum 1975/1976/1977. Kurikulum ini ditandai dengan adanya usha yang sistematis dalam penyusunan kurikulum tersebut. Bahan-bahan yang bersifat empiris dijadikan dasar dalam penyusunan kurikulum ini.
b.          Kurikulum 1984
Kurikulum ini manggantikan kurikulum 1975 yang didasarkan pada surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0461/U/1983 tentang perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum ini sudah disesuaikan dengan kebutuhan kerja industri pada masa itu.
c.           Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 berisi tentang kewenangan pengembangan yang seluruhnya beada ditanagi pusat dan daerah sehingga sekolah tidak begitu terlibat, kemudian tidak terjadi penataan materi, jam pelajaran serta struktur program siswa hanya dianggap sebagai siswa yang harus menerima semua materi dan tanpa mempraktekannya. Pembelajaran hanya dilakukan di dalam kelas dan ketrampilan hanya dikembangkan melalui latihan soal. Mulyasa (Muhammad Joko,2007:102-104).
Dari uraian di atas merlihat bahwa kurikulum ini tidak atau kurang mengena pada siswa untuk pendidikan IPA, mengingat bahwa pendidikan IPA tidak sekedar mengajarkan konsep namun membutuhkan proses ketrampilan. Sebagai contoh meneliti, mengalami danmembuat rancangan prosedur sehingga kurikulum ini dirasa kurang baik dan akhirnya terjadi perubahan kurikulum yang disebut KBK.
d.          Kurikulum 2004 (KBK)
KBK tidak ditetapka dalam UU atau Peraturan Pemerintah. Alasan dirubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK karena mutu pendidikan di Indonesia yang kurang baik dan banyak siswa yang tidak menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan, selain itu mereka dituntut untuk menghapal materi tanpa memahaminya sehingga apa yang telah di ujikan maka materi itu akan dengan mudah lupa. Oleh karena itu dengan dirubahnya kurikulum 1994 menjadi KBK diharapkan dapat menekankan kurikulum pada kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai siswa dalam menyelesaikan pembelajaran. Menurut Paul (2007:43) kompetensi merupakan “kemampuan yang dapat berupa keterampilan, nilai hidup siswa yang mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak”. Secara umum KBK memiliki enam karakteristik menurut Muhammad joko (2007:102) yaitu: “(1) system belajar dengan modul,(2) menggunakan keseluruhan sumber belajar, (3) pengalaman lapangan, (4) strategi individual personal, (5) kemudahan belajar dan (6) belajar tuntas”.  Dalam kurikulum KBK ini sekolah dimberi keleluasaan dalam menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
e.           Kurikulum 2006 (KTSP)
KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan kurikulum yang di sempurnakan dari kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini disusun oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. Prinsipnya hampir sama dengan KBK. KTSP diberlakukan mulai tahun 2006/2007. Dalam kurikulum ini pemerintah hanya sebagai pengembang kompetensi sebagai standar isi dan kelulusan. Selanjutnya sekolah bebas menyusun kurikulum sesuai dengan keadaan sekolah dan siswa didik. KTSP disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam UU republic Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional dan permen No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam KTSP pendekatan balajar berbasis kompetensi dan terjadi penataan materi, jam belajar dan struktur program. (Muhammad Joko, 2007:102). Perubahan urikulum harus beranjak pada kompetensi yang berdasar pada kebutuhan dimasyarakat. Harapannya dengan kurikulum terakhir yang lebih dikenal dengan KTSP lebih mudah diterapkan karena guru diberi kebebasan untuk mengembangkan kompetensi siswa. Keberhasilan pendidikan akan tergantung pada sekolah dan guru yang menerapkan kurikulum tersebut. Harapannya dapat meningkatkan kualitas SDM.

2.        Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa, serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Pembelajaran IPA menurut Depdikbud (1993/1994:98-99) bertujuan agar siswa:
a.          Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan
sehari-sehari.
b.         Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan,
dan ide tentang alam di sekitarnya.
c.          Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda
serta peristiwa di lingkungan sekitar.
d.         Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri,
bertanggungjawab, bekerjasama dan mandiri.
e.          Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk
menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.
f.          Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk
memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari.
g.         Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Carin ( 1985 ) mendefinisikan IPA sebagai system pengetahuan alam semesta melalui pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi dan eksperimen. Sementara itu Hungerford dan Volk ( 1990 ) mendefinisikan IPA sebagai :
1.         Proses menguji informasi yang diperoleh melalui metode empiris.
2.         Informasi yang diberikan oleh suatu proses yang menggunakan pelatihan yang dirancang secara logis.
3.         Kombinasi antara proses berpikir kritis yang menghasilkan produk informasi yang sahih.
Guru IPA harus dapat memahami dan menerjemahkan maupun menginter pretasikan dari semua materi bahan ajar IPA dan guru harus dapat menginformasikan materi IPA kepada murid melalui berbagai variasi mengajar yang dapat membawa murid ke situasi alam sehari – hari, agar pembelajaran IPA berhasil maka seorang guru harus mampu membuat program atau rencana pembelajaran IPA semenarik dan kreatif mungkin yang bisa menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Menurut Wijaya & Rusyan ( 1991 ) kemampuan merencanakan program belajar mengajar adalah kemampuan membuat satuan pelajaran dan lembar kerja atau lembar kegiatan serta menciptaka alat peraga untuk keperluan pembelajaran.  Hakikat pembelajaran IPA seharusnya meliputi Produk, Proses, dan sikap. Produknya berupa pengetahuan IPA, prosesnya berupa bagai mana cara mendapatkan pengetahuan tersebut, serta sikapnya adalah sikap ilmiah dalam mendapatkan pengetahuan tersebut antara lain dapat berupa rasa ingin tahu, kerendahan hati, jujur, objektif, cermat, kritis, tekun, ulet, dan penuh tanggung jawab.

3.        Prinsip – Prinsip Pembelajaran Ilmu Pengetahua Alam
Mengajar dan belajar suatu proses yang tidak dapat dipisahkan, suatu pengajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang harmonis antara guru dan siswa, siswa dan siswa. Seorang ahli IPA Jhon S. Richardson ( 1957 ) dari Universitas Ohio dalam bukunya Science Teaching in Secondary Schools menyarankan digunakannya tujuh prinsip dala proses belajar mengajar agar suatu pengajaran IPA dapat berhasil. Ketujuh parinsip itu adalah :
1.         Prinsip keterlibatan siswa secara aktif
Dalam pembelajaran IPA sering dilupakan bahwa keterlibatan siswa secara aktif ini merupakan bagian yang esensial dari suatu proses belajar mengajar dalam pembelajaran IPA, yang dimaksud dengan keterlibatan siswa secara aktif menurut Richardson adalah “learning by doing”, siswa harus ikut berbuat sesuatu untuk memperoleh ilmu yang mereka cari.
2.         Prinsip belajar berkesinambungan
Yang dimaksud dengan prinsip belajar berkesinambungan adalah proses belajar yang selalu dimulai dari apa – apa yang telah dimiliki oleh siswa. Dalam hal ini pengembangan  yang telah dimiliki oleh siswa itu seolah – olah merupakan jembatan yang sangat esensial bagi siswa untuk dapat meraih pengetahuan yang baru. Untuk melaksankan prinsip ini tentu saja harus mengetahui sejauh mana pengetahuan yagn telah dimiliki siswanya.
3.         Prinsip motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang menyebabkan seorang mau berbuat sesuatu. Dalam proses pembelajaran IPA tentunya motivasi yang dimaksudkan sebagai dorongan untuk mau belajar IPA, dorongan ini dapat bersumber dari kebutuhan yang hakiki dari manusia yang disebut sebagai motovasi intrinsic. Motivasi ini juga dapat timbul dari pengaruh yang datang dari luar dirinya, misalnya hadiah yang akan diberikan kepada siswa yang jadi juara dikelasnya. Motivasi semacam ini dapat disebut sebagai motivasi ekstrinsik.
4.         Prinsip multi saluran
Dalam proses pembelajaran IPA ada siswa yang midah belajar melalui membaca, ada siswa yang mudah mengerti apa bila diberi ceramah oleh guru, ada pula yang baru mengerti kalau ia ikut aktif dalam melakukan percobaan. Oleh karena itu penggunaan multi saluran dala proses belajar IPA sangat diperlukan agar semua siswa dengan berbagai kemampuan daya tangkap dapat menerima pembelajaran dengan baik.
5.         Prinsip penemuan
Yang dimaksud dengan prinsip penemuan di sini adalah bahwa untuk memahami sesuatu konsep atau symbol – symbol, siswa tidak diberi tahu oleh guru, tetapi guru member peluang agar siswa dapat memperoleh sendiri pengertian – pengertian itu melalui pengalamannya. Misalnya untuk mengetahui hkum Boyle, siswa tidak langsung diberi tahu oleh guru, tetapi guru memberi kesempatan kepada siswa untuk  melukukan percobaan yang kesimpulannya adalah hokum Boyle.
6.         Prinsip totalitas
Prinsip totalitas bertolak dari suatu paham bahwa siswa belajar dari segenap kemampuan yang ia miliki sebagai makhluk hidup, yaitu panca indranya, perasaan satu pikirannya, dalam proses belajar siswa tidak hanya memperhatikan materi pelajaran ( misalnya IPA ) tetapi meliputi bagai mana cara guru mengajar, lingkungan sekitar, teman – temannya, dan semua hal - hal yang berkenaan dengan jiwa raganya. Itu semua merupakan bagian penentu keberhasilan belajar siswa. Yang dimaksud hasil belajar tidak hanya berupa pengetahuan intelektual, tetapi juga meliputi bidang sikap dan keperibadian siswa.
7.         Prinsip perbedaan indipidu
Prinsip ini tidak dimaksudkan untuk membeda – bedakan siswa, tetapi betolak pada suatu kenyataan bahwa setiap siswa perbedaan yang satu terhadap yang lain. Perbedaan individu ini terutama ditunjukan kepada adanya perbedaan kemampuan ( termasuk kecerdasan dan kecepatan belajar ) dan perbedaan minat termasuk motivasi belajar. Perinsip perbedaan individu dimaksudkan agar siswa mendapatkan kesempatan belajar sesuai dengan kapasitas dan minatnya.

4.        Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan umtuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta untuk mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidika menengah. Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan oleh siswa Sekolah Dasar karena IPA dapat memberikan iuran untuk tercapainya sebagian dari tujuan pendidikan di Sekolah dasar. Dengan pembelajaran IPA diharapkan siswa akan dapat :
a.          Memahami alam sekitar, yang terdiri dari benda – benda alam dan buatan manusia serta konsep – konsep IPA yang terkandung di dalamnya.
b.         Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA, berupa “keterampilan proses” atau metode ilmiah yang sederhana.
c.          Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran Penciptanya.
d.         Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikanya kejenjang pendidika yang lebih tinggi.

5.        Manfaat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Pendidika IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa terutama yang ada di Sekolah Dasar memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai tujuan proses pembelajaran.
Sejatinya, melalui pembelajaran dan pengembangan potensi diri pada pembelajaran IPA siswa akan memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan-perubahan di lingkungan sekitar dirinya, disamping memenuhi keperluan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran dan pengembangan potensi ini merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi.

6.        Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
a.         Alam semesta dan tata surya
Pengertian alam semesta mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos. Mikrokosmos adalah benda – benda yang mempunyai ukuran yang sangat kecil, misal atom, electron, sel, amuba, dan sebagainya. Sedangkan makrokosmos adalah benda – benda yang mempunyai ukuran yang sangat besar, misalnya bintang, planet, galaksi, dan sebagainya.
Teori terbentuknya alam semesta diantaranya adalah :
1.    Teori keadaan tetap ( Steady – state theory )
2.    Teori dentuman besar ( Big – bang Theory )
Teori terbentuknya galaksi dan tata surya diantaranya adalah :
1.      Hipotesis nebular
2.      Hipotesis planettesimal
3.      Teori tidal
2)        Bumi
Hipotesis kabut menurut Immanuel Kant ( 1755 ) dari Jerman, dalam bukunya “Al gemeine Naturgeschichte und Theorie des Himmels nach newtonischen behandelt” , mencoba mengemukakan pikiran tentang kejadian bumi. Berdasarkan teori Newton tentang gravitasi, kant mengatakan bahwa, asal segalanya ini adalah dari gas yang bermacam – macam, yang tarik - menarik yang membentuk kabut besar. Terjadinya benturan masing – masing gas menimbulkan panas dan berpijarlah hal itulah asal dari pada matahari. Matahari berputar kencang dan dikatulistiwanya memilikin kecepatan linear paling besar sehingga terlepasnya frakmen – frakmen. Frakmen – frakmen inilah yang terjadinya pijar, melepaskan banyak panas dan mengembun, kemudian cair dan bagian luar makin padat. demikianlah terjadi planet – planet termasuk bumi kita ini.
3)        Asal mula kehidupan di bumi
Sebelum abad ke -17, para ahli menganggap bahwa makhluk hidup terjadi dengan sendirinya dari makhluk tak hidup. Anggapan ini disebut teori generatio spontanea atau abiogenesis, dan juga hampir semua para ahli biologi sependapat bahwa permulaan kehidupan yang terjadi dibumi ini, tidak di luar bumi. Mereka menemukan makhluk hudup bersel satu sebagai pemula kehidupan di bumi ini, kemudian terjadi evolusi organic menjadi organism bersel banyak, misalnya Porrifera – Coelenterata – Vermes – Echinodermata – Molusca Arthropoda – Vertebrata – Manusia paling akhir.

C.       Pelaksanaan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Dengan Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pemberdayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar, pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan. Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan dan faidah lingkungan. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada hubungannya antara peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang diberikan harus memberi jalan ke luar bagi peserta didik dalam menanggapi lingkungannya. Pemilihan tema seyogyanya ditentukan oleh kebutuhan lingkungan peserta didik.

1.        Pentingnya Pendekatan Lingkungan dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Masih ada sebagian pendidik  yang beranggapan  bahwa media pembelajaran selalu berkaitan dengan peralatan elektronik atau peralatan canggih yang mahal harganya.   Anggapan seperti itu merupakan pandangan yang terlalu sempit terhadap makna  media pembelajaran.   Sesungguhnya,  media pembelajaran sangat banyak jenis dan jumlahnya.  Mulai dari jenis media yang paling sederhana  dan murah,  hingga jenis media yang   canggih dan mahal.  Ada media  buatan pabrik, ada pula jenis media yang dapat dibuat sendiri oleh guru. Bahkan banyak pula jenis media  yang telah tersedia di lingkungan sekitar kita yang langsung dapat kita gunakan untuk keperluan pembelajaran.  Oleh karena itu,  seharusnya tidak ada lagi guru yang  enggan menggunakan media pembelajaran karena alasan ketiadaan biaya.   Mengapa?  Karena begitu  banyak jenis media  belajar  yang dapat kita peroleh secara mudah dan murah di sekitar kita.  Yang diperlukan adalah kemauan , kejelian dan kreatifitas kita dalam memilih dan mendayagunakan potensi berbagai sumber dan media belajar yang ada di sekeliling kita. 
Ada beberapa alasan yang menjadikan lingkungan itu sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, yaitu :
1.         Sebagai sasaran belajar
Kita ingat kembali tentang tujuan pendidikan SD, antara lain agar anak dapat mengenal alam sekitar. Alam sekitar ini tentunya termasuk “lingkungan”. Jadi segala sesuatu di sekitar anak itu merupakan objek untuk diajarkan kepada anak, atau lingkungan merupakan sasaran belajar bagi anak SD.
2.         Sebagai sumber belajar
Ada berbagai macam sumber belajar, misalnya guru, buku – buku, labolatorium, tenaga ahli, dan lain – lainnya, yang sering terlupakan orang adalah “lingkungan”. Lingkungan merupakan sumber belajar yang tidak habis – habisnya memberikan pengetahuan kepada kita. Semakin  banyak kita gali semakin banyak yang kita dapatkan, tidak hanya bagi IPA itu sendiri tetapi juga berupa sumber dari berbagai macam ilmu pengetahuan seperti IPS dan Matematika.
3.         Sebagai sarana belajar
Lingkungan merupakan suatu sarana belajar yang baik, bahkan lingkungan yang alamiah menyediakan bahan – bahan yang tidak perlu dibeli, misal udara, cahanya matahari, pepohonan, air sungai, rerumputan dan sebagainya. Jadi lingkungan adalah suatu sasaran belajar yang ekonomis.

2.        Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Effendi ( 1995 ) minat adalah variabel penting yang berpengaruh terhadap tercapainya prestasi atau cita-cita yang diharapkan seperti yang dikemukakan bahwa belajar dengan minat lebih baik dari pada belajar  tanpa minat. Malcom Knowles ( 1975 ) menggambarkan bahwa belajar mandiri itu menekankan pada inisiatif individu dalam belajar . Belajar mandiri adalah suatu kondisi dimana seseorang mengambil inisiatif dengan atau tanpa orang lain baik dengan mandiaknosa pembelajarannya dll. Winataputra ( 1999 ) menyebutkan bahwa bila dirinci sumber belajar meliputi :
a.          Lingkungan social atau manusia antara lain guru siswa lain, orang tua, dan anggota masyarakat
b.         lingkungan hidup seperti flora dan fauna
c.          lingkungan alam seperti tanah, air, udara, awan , hujan
d.         lingkungan budaya seperti pranata social , pengetahuan, dan teknologi
e.          lingkungan religious seperti kitab suci dan acara keagamaan
Guru sebagai pemandu pembelajaran dapat memilih lingkungan dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mendayagunakannnya dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan tema dan lingkungan yang akan didayagunakan hendaknya didiskusikan dengan peserta didik. UNESCO (dalam Mulyasa, 2005b:102) mengemukakan jenis-jenis lingkungan yang dapat didayagunakan oleh peserta didik untuk kepentingan pembelajaran yaitu:
a.         Lingkungan yang meliputi faktor-faktor fisik, biologi, sosio ekonomi, dan budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung, dan berinteraksi dengan kehidupan peserta didik.
b.         Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur atau fasilitas yang ada dalam suatu kelompok masyarakat.
c.         Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan khusus dan berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara:
a.         Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan metode karyawisata, metode pemberian tugas, dan lain-lain.
b.        Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas) untuk kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli. Seperti nara sumber. Bisa juga sumber tiruan, seperti: model, dan gambar (Muslim, 2007:3)

3.        Aspek Pedagogis yang dapat Dikembangkan dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Interaksi dengan Pendekatan Lingkungan
a.       Dapat mengembangkan sikap dan keterampilan
Dengan berinteraksi dengan lingkungan terutama lingkungan alam, anak didik akan dapat melihat dan merasakan suasana belajar yang nyata. Mereka dapat membedakan bagai mana rasanya belajar melalui buku atau ceeramah guru dikelas. Dengan lingkungan alam mereka dapat menyentuh, meraba, membau, sehinnga pada hakikatnya mereka melibatkan semua pancaindranya dalam proses belajar. Oleh karena itu belajar melalui interaksi dengan lingkungan tidak saja dapat mengembangkan intelektual siswa, tetapi juga sikap, minat, dan keterampilannya.
b.         Dapat digunakan bagi semua siswa dari semua tingkat pengembangan intelektual
Lingkungan sebagai sumber dan sasaran belajar dapat dipelajari mulai dari anak Taman kanak – kanak, sampai anak usia SD bahkan sebenarnya lingkungan dapat menjadi sasaran dan sumber belajar dari mereka yang duduk diperguruan Tinggi yang tentunya dengan keluasan dan kedalaman yang berbeda. Adanya perebedaan individu pada suatu kelas yang sama pun dapat dilakukan proses belajar dalam waktu yang sama. Pelaksanaan sangat tergantung pada guru sebagai pengelola proses pembelajaran.
c.         Dapat menjadikan sumber motivasi belajar bagi anak
Lingkungan alam sekitar selalu mengandung rahasia alam. Begitu kita berhasil mengungkapkan sesuatu pengetahuan maka akan segera muncul sesuatu yang baru yang belum diketahui. Hal ini akan merangsang anak untuk ingin mengetahui lebih mendalam dan lebih banyak. Inilah salah satu bentuk sikap ilmiah yang disebut curiousity atau ingin tahu yang merupakan sumber motivasi belajar bagi anak.

4.         Strategi Penggunaan Lingkungan dalam Proses Belajar Mengajar
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
1.         Gunakanlah lingkungan sebagai lahan pengembangan keterampilan proses
Apa bila seorang guru mrengajak anak didiknya melakuka studi lapangan untuk mengenal lingkungan, maka janganlah terus mengharapkan anak didik itu dapat mengdeskripsikan semua benda yang diamatinya, seperti pepohonan dan hewan. Pada kesempatan ini guru perlu membimbing anak didik dalam mengembangkan berbagai keterampila prose. misalnya bagaimana cara yang tepat dalam “mengamati”, “mengukur”, “mengklasifikasikan” sesuatu berdasarkan aspek tertentu, “membuat prediksi” dan keterampilan proses lainnya.
2.      Gunakan lingkungan sebagai lahan pengembangan sikap
Pendidikan IPA tidak saja ditujukan untuk pengembangan intelektual, tetapi juga untuk pengembangan sikap. Sikap yang dikembangkan dapat berupa sikap ilmiah seperti sikap ingin tahu, sikap berpikir bebas, sikap mencintai lingkungan, termasuk lingkungan fisik maupun lingkungan social.
3.      Gunakan untuk pengayaan
Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, anak – anak berbeda satu sama lain; ada yang dapat belajar dengan cepat, namun ada pula yang memerlukan waktu yang lama dalam mempelajari sesuatu. Perbedaan ini dapat menimbulkan permasalahan didalam kelas. Misalnya dalam melaksanakan tugas individu, anak yang cerdas biasanya menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang relative singkat, begitu selesai dia menjadi penganggur dan cenderung akan menunggu teman – teman lainnya yang masih sibuk kerja. Dalam rangka pemecahan itulah guru hendaknya menyediakan tugas tambahan berupa pengayaan bagi anak yang lebih cerdas. Karena kelompok ini akan selalu ada, maka guru perlu merencanakan tugas tambahan yang dimaksud misalnya dalam bentuk LKS.
4.      Struktur pengembangan wawasan lingkungan menurut kelompok umur
Pada hakikatnya semakin tinggi umur anak semakin menumbuhkan wawasan lingkungan yang makin luas. Dalam hal ini W. Harlen (1981) menyarankan bahwa lingkup pengenalan lingkungan bagi anak SD dapat diatur perkembangan sesuai dengan umurnya. 
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.       Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian diatas adalah sebagai berikut :
1.         Ada beberapa alasan kenapa lingkungan itu penting dalam pembelajaran IPA, alasan ini di karnakan (a) lingkungan sebagai sasaran belajar, (b) lingkungan sebagai sumber belajar, (c) lingkungan sebagai sarana belajar.
2.         Tujuan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA adalah agar siswa (a) Supaya kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan, (b) Supaya hakikat Belajar akan lebih bermakna, (c) Supaya bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya dan lebih actual sehingga kebenarannya lebih akurat, (d) Supaya kegiatan belajar siswa lebih konprehenshif dan lebih aktif, (e) Supaya sumber belajar menjadi lebih kaya disebabkan lingkungan yang dipelajari beraneka ragam, (f) Supaya siswa dapat memahami dan menghayati aspek yang ada di lingkungannya.
3.         Prinsip – prinsip dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yaitu (a) Prinsip keterlibatan siswa secara aktif, (b) Prinsip belajar berkesinambungan, (c) Prinsip motivasi, (d) Prinsip multi saluran, (e) Prinsip penemuan, (f) Prinsip totalitas, (g) Prinsip perbedaan indipidu.
4.         Kelebihan dan kelemahan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA diantaranya adalah :
a.          Kelemahan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA
1.         Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan ketika siswa diajak ke tempat tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang di harapkan sehingga terkesan main-main.
2.         Ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memperlukan waktu yag lebih lama, sehingga menghabiskan waktu untuk belajar di kelas.
3.         sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas.
b.            Kelebihan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA
1.         Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningfull learning) sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang sebenarnya.
2.         Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
3.         Penggunaan lingkungan dapat menarik bagi anak, sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di masa mendatang.
5.         Manfaat pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA diantaranya adalah (a) Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan, (b) Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti  listrik, (c) Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik, (d) Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik  dan kebutuhan siswa.  Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning), (e) Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung,  karena siswa   akan sering menemui  benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari, (f) Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa.  Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah. (g) Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas (didesain).
6.         Cara pelaksanaan pembelajaran IPA dalam menggunakan pendekatan lingkungan diantaranya adalah (a) menggunakan lingkungan sebagai lahan pengembangan keterampilan proses, (b) menggunakan lingkungan sebagai lahan pengembangan sikap, (c) mengunakan untuk pengayaan, (d) struktur pengembangan wawasan lingkungan menurut kelompok umur.

B.        Saran
Saran yang dapat diberikan supaya mutu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar dapat meningkat adalah sebagai berikut :
1.         Dalam proses pembelajaran IPA diharapkan jangan terlalu monoton menggunakan metode ceramah atau pengisian LKS yang bisa membuat siswa merasa bosan atau tidak senang dengan pembelajaran IPA.
2.         Berikanlah kebebasan siswa dalam menemukan sesuatu permasalahan yang ada di lingkungan sekitar dengan cara guru menggunakan pendekatan lingkungan.
3.         Dalam proses pembelajaran IPA guru bisa menggunakan pendekatan lingkungan dengan cara membimbing siswa untuk melakukan observasi tumbuhan atau hewan yang ada disekitar kehidupan siswa.
4.         Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengenali lingkungan alam sekitar pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat, Akhmad. (2008). Pendekatan Strategi Metode Teknik dan Model Pembelajaran, (Online) (http://www.wordpress.com diakses 18 Maret 2011).
Metrosis. (2009). Pendekatan Lingkungan Dalam, (Online) (http://www.blogspot.com diakses 18 Maret 2011).
Techonly. (2009). Konsep Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Lingkungan, (Online) (http://www.wordpress.com diakses 18 Maret 2011).
Karh. (2011). Pendekatan Lingkungan Dalam. (Online) (http://www.blogspot.com diakses 18 Maret 2011).
Effendi, Ahmad. (2010). Makalah Lingkungan Sebagai Sumber. (Online) (http://www.blogspot.com diakses 22 April 2011).
Juhji. (2008). Pengertian Pendidikan IPA. (Online) (http://www.blogspot.com diakses 23 Maret 2011).
Ilmuwan Muda. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. (Online) (http://www.wordpress.com diakses 22April 2011).
Widyastantyo, Hermawan. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. (Online) (http://www.shvoong.com diakses 22 April 2011).
Tim IPA SD PGSD FKIP UNTAN. 2005. Buku Ajar Pendidikan IPA SD. Pontianak : FKIP UNTAN
Ali, Abdullah, dkk. 1991. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara
Darmodjo, Hendro, dkk. 1991. Pendidikan IPA II. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti P2TK
Sekolah Dasar. (2010). Model Pengembangan Pendekatan, (Online) (http://www.blogspot.com diakses 11 April 2011).
Rahadi, Aristo. (2008). Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar, (Online) (http://www.wordpress.com diakses 11 April 2011).
Barlia, Lily. (2006). Mengajar dengan Pendekatan Lingkungan Alam Sekitar. Jakarta : Departemaen Pendidikan Nasional.

1 komentar:

  1. WinStar World Casino and Resort in South Carolina
    WinStar World Casino and Resort is located in the heart 윌리엄힐 of the South 케이 뱃 Carolina South Carolina sports WinStar World Casino and 도박사이트 Resort 토토 먹튀 is located in 먹튀검증업체순위 the heart of the

    BalasHapus